Lima bulan lalu, saya memutuskan merantau ke Sumatera Barat. “merantau” versi saya aslinya ikut suami ke kampung halamannya di Kabupaten Solok Selatan Sumatera Barat. Dengan berbagai pertimbangan saya mengiyakan ajakan suami, lantaran rasa tanggung jawabnya sebagai anak laki-laki untuk mengurus kampung halaman dan belasan hektar ladang orangtuanya yang berdekatan dengan hutan dan tidak terurus. Logikanya, dimana-mana orang pergi merantau kekota, sementara kami malah berbalik pulang kampung. Ragu, pastinya selalu ada, apalagi anak-anak juga harus pindah sekolah, dan kami mesti memulai semuanya dari nol. Terpikir juga, nanti disana mau kerja apa, dan ngapain karena dulunya selalu berpikir roda ekonomi itu berjalan di kota. Apalagi kampung suami berada di lembah dan dikeliling perbukitan, 10 kilometer kedalam dari jalan lintas menuju kota Muaralabuh dan 88 kilometer dari kota Padang Sumatera Barat. Jangan mengharapkan sinyal internet ada
Personal blog yang berisi catatan harian emak blogger